Metode Pembelajaran Sentra di TK Islam ANNUR
Jumat, 15 Januari 2016     10:50:13 WIB    Tomy
Kategori: Berita - Dibaca: 15606 kali

        Sekolah yang baik dan benar senantiasa mengupayakan anak didiknya menjadi khalifah dan menyadarkan anak didiknya untuk tetap menjadi hamba Allah yang sholeh. Maka untuk melangkah menuju sekolah yang baik dan benar, TK Islam Annur memberanikan diri menggunakan model pembelajaran sentra. Metode pembelajarn dengan menggunakan pendekatan sentra atau BCCT (Beyond Centre and Circle Time) dengan berbasiskan pengembangan kecerdasan majemuk (multiple intelligence).

       Konsep dari metode ini intinya merupakan pendekatan yang berpusat pada anak, dalam kegiatan pembelajarannya anak ditempatkan sebagai subyek yang menentukan dari mana dan dengan siapa ia belajar. Walaupun demikian, pada setiap anak telah ditanamkan sikap tanggung jawab yang melekat, yang tertuang dalam prosedur kerja yang menjadi aturan dalam setiap kegiatan yang dilalui. Kelima prosedur kerja itu adalah memilih pekerjaan, bekerja tuntas, lapor, dan beres-beres.

         Setiap memulai kegiatan, guru memberikan pijakan pada siswa sebagai landasan kegiatan pada hari itu, pijakan pengalaman sebelum main, yang berisikan kesepakatan yang dibuat sebagai aturan saat bermain (belajar), pijakan pengalaman saat main dalam kegiatan ini guru bertindak sebagai observer yang mengamati dan memantau tingkah laku dan kosakata saat anak bermain, pijakan setelah main, dalam kegiatan ini anak didik membereskan kembali alat main yang telah digunakan. Lalu, diadakan recalling (mengingat kembali) anak didik menceritakan pada guru kegiatan apa yang telah dilaksanakannya. Dengan pendekatan ini, tiap-tiap kelas juga berfungsi sebagai sentra. Siswa akan memasuki sentra-sentra setiap hari dengan sistem moving class. Ada 5 sentra yaitu Sentra Imtaq, Sentra Pembangunan/balok, Sentra Sains, Bahan Alam, Musik dan Olah tubuh, Sentra Bermain peran dan Seni kreativitas, Sentra Aksara. TK IT ANNUR akan mencoba menerapkan pembelajaran BCCT ini dengan harapan semoga banyak hal positif yang dapat dirasakan siswa, guru, maupun orang tua. Bagi anak didik, mereka menjadi lebih leluasa dalam membuat pilihan dan terbiasa sejak dini untuk mampu mengambil keputusan, selain itu kemampuan bersosialisasi mereka akan semakin meningkat karena dengan moving class, anak didik akan bertemu guru yang berbeda setiap hari. Bagi guru, tantangan untuk memperdalam sentra semakin terbuka di samping adanya buku referensi yang harus disediakan sebagai pijakan siswa.

       Sejak dini, anak pun dirangsang untuk bisa mengekspresikan diri dengan baik melalui kelisanan, tulisan dan gambar. Oleh karena itu, selama proses belajar-mengajar, guru melakukan komunikasi interaktif dengan menggunakan bahasa Indonesia yang  baik dan benar, agar cara kerja otak anak pun terstruktur dengan baik. Bersamaan dengan itu, kita bisa memasukkan nilai-nilai agama serta penciptaan diri sebagai kholifah Allah di bumi berdasarkan Al-quran & hadits, serta sunnah nabi Muhammad SAW. Semua di integrasikan dengan kurikulum SIT ( Sekolah Islam Terpadu ), sehingga apa yang didapat anak bisa ditangkap secara utuh & terstruktur.

Kenapa menggunakan metode sentra??

       Inilah jawaban menyeluruh terhadap kebutuhan bangsa yang kini sibuk mencari formula bagi sebuah “pendidikan karakter” yang bisa mengubah  moral-mental-nalar bangsa ini menjadi lebih baik. Juga sekaligus menjadi jawaban bagi kebutuhan sebuah pendidikan “berstandar internasional”.

       Metode Sentra merupakan paradigma baru di bidang pendidikan dan pengajaran. Mengingat begitu luas tujuan dan cakupannya, di sini hanya akan dikemukakan beberapa prinsipnya yang berbeda dengan metode konvensional. Dalam pembelajaran dengan Metode Sentra, kurikulum tidak diberikan secara klasikal, melainkan individual, disesuaikan dengan tahap perkembangan masing-masing anak. Maka, jumlah murid dalam satu kelas dibatasi, maksimal 12 anak. Selama proses pembelajaran, guru dilarang melakukan “3M”: tidak boleh melarang, menyuruh, marah/menghukum. Basis pembelajaran adalah bermain sambil belajar. Suasana belajar-mengajar dibangun untuk memberikan rasa nyaman dan bahagia (happy learning). Untuk mencapai suasana tersebut, guru bersama murid duduk dalam lingkaran, supaya posisi mata guru sejajar dengan mata para murid, sehingga tidak ada jarak hierarkial. Maka, di kelas pun tidak ada papan tulis, sebab guru tidak memerlukannya. Materi ajar disampaikan secara interaktif dan kongkret, dengan menempatkan murid sebagai pusat. Guru pun menyapa para murid dengan sebutan “teman.” Ketika memasuki kelas, guru tidak datang dengan sikap “akan mengajar apa kepada anak hari ini” melainkan “aku akan belajar apa dari anak hari ini.” Metode ini membangun “kecerdasan jamak” secara bersamaan dan berimbang: kecerdasan logika-matematika, bahasa, tubuh (kinestetik), ruang (spasial), kemandirian (intrapersonal), kepedulian sosial (interpersonal), musik. Seluruh potensi kecerdasan itu dibangun melalui sentra-sentra (wahana) bermain yang meliputi tiga jenis main: main pembangunan, sensorimotor dan main peran.

Ada tujuh sentra yang disediakan agar anak-anak bisa bermain gembira dan mendapatkan banyak pilihan pekerjaan:

  1.  Sentra Persiapan (membangun kemampuan keaksaraan);
  2.  Sentra Balok (merangsang kemampuan konstruksi, prediksi, presisi, akurasi, geometri, matematika);
  3.  Sentra Seni (membangun kreatifitas, sensori motor, kerjasama);
  4.  Sentra Bahan Alam (membangun sensori motor, fisika sederhana, pemahaman akan batasan dan sebab-akibat);
  5.  Sentra Main Peran Besar;
  6.  Sentra Main Peran Kecil (mambangun imajinasi, daya hidup, adaptasi, kemandirian, kebahasaan, kepemimpinan); serta
  7.  Sentra Imtaq (iman dan taqwa).

       Setiap hari, anak bermain di Sentra yang berbeda (moving class). Di setiap Sentra, kemampuan klasifikasi anak dibangun secara terus-menerus agar mereka bisa memiliki konsep berpikir yang benar, kritis, dan analitis. Semua pengetahuan (knowledge) diberikan secara kongkret, tidak abstrak. Anak-anak dirangsang untuk “menemukan sendiri” konsep-konsep faktual mengenai bentuk, warna, ukuran, ciri, tanda, sifat, habitat, manfaat, serta rangkaian sebab-akibat.

       Metode Sentra terbukti sangat efektif digunakan untuk membangun karakter dan kecerdasan anak sejak bayi (usia empat bulan) hingga jenjang SD kelas tiga (usia sembilan tahun). Itulah fase awal dalam kehidupan anak manusia yang oleh para ahli pendidikan disebut sebagai “usia emas (golden age: 0-7 tahun)”. Itulah suatu rangkaian waktu yang juga disebut sebagai sebuah “jendela kesempatan” yang akan tertutup sesudah waktu itu berlalu. Itulah masa yang sangat menentukan kualitas dan masa depan anak: sukses atau gagal, jadi ahli surga atau ahli neraka. Wallahu’alam



      Terpopuler  
      Terkini  
      Komentar  

    Polling


    Penilaian Anda tentang Pendidikan di Indonesia ?

    Buruk
    Kurang
    Cukup
    Baik

    Lihat Hasil Poling

    Mitra Kami

    Statistik User


    000000


    Pengunjung hari ini :
    Total pengunjung :
    Hits hari ini :
    Total Hits :
    Pengunjung Online :

    Galeri Terbaru